Minggu, 25 November 2012

SUSTAINABLE AGRICULTURE


PERTANIAN BERKELANJUTAN
Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.
Pada hikikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali kepada alam, yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Kata“berkelanjutan” sekarang ini digunakkan secara meluas dalam lingkup program pembangunan, keberlanjutan dapat diartikan sebagai ”menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”,”kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot”. Dalam konteks pertanian,keberlanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkankualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang berlanjut untuk saat ini, saat yang akan datang dan selamanya. Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semua dan tidak menimbulkan bencana bagi lingkungan. Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita. pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik,  dan sosioekonomi, yang diepresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian. 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).
PENDEKATAN KEGIATAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
1.    Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang oleh erosi.
2.  Sistem rotasi dan budidaya rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan.
3.     Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
4.     Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida.

PERTANIAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE AGRICULTURE) DI DAERAH
Pertanian berkelanjutan atau sustainable agriculture telah diterapkan oleh petani pada masa kini. Dari zaman dahulu sebelum dikembangkannya ilmu pertanian, para petani sudah melakukan berbagai percobaan untuk menghasilkan hasil tani yang baik dan tentunya tidak merusak tanah atau lingkungannya, serta dapat mengendalikan atau memperkuat struktur tanah. Dengan berbagai macam percobaan yang dilakukan, para petani akhirnya mengetahui langkah tepat untuk mengelola pertanian dengan baik.
Dalam tulisan ini penulis akan membahas pertanian di desa kandangan tamanggung. Disini Para petani telah menerapkan sistem Pertanian Berkelanjutan, yakni dengan teknik sistem pertanian tumpang Sari dan Mulsa. Teknik sistem pertanian umpang Sari di Desa kandangan tamanggung ini, terdiri dari 2 jenis tanaman yaitu tanaman cabai, dan padi. Pada musim hujan, para petani akan menanam padi dan pada musim kemarau petani akan menanam cabai pada lahan tani mereka.


                                   penggunaan mulsa


Ecological Agriculture Projects. 1989. Sustainability Agriculture. EAP Publication
Kasumbogo Untung. 1997 Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang


Sabtu, 10 November 2012

KONSERVASI TANAH DAN AIR


Konservasi tanah mempunyai arti luas dan sempi dimana konservasi tanah dalam arti luas  adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan kosenvasi tanah dalam arti sempit adalah upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada  sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhuibungan erat sekali; berbagai tindakan konservasi tanah adalah juga tindakan konservasi air. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
Sumber: Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR
Metode yang digunakan  dalam konservasi tanah dan air  dibagi menjadi tiga macam metode yaitu :
1.         Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997). Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.


                


2.       Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997). Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).

Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini. Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang.
                   
3.       Metode kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
Ø  Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.
Ø  Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
Ø  Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat lainnya.
Written By Aidia MJ on Kamis, 10 Maret 2011 | 21:33
KONSERVASI TANAH DAN AIR DI KALIMANTAN BARAT
Konservasi tanah dan air di kalimantan barat dapat dilakukan di daerah aliran sungai khususnya di daerah pesisir sungai kapuas kalimantan barat, karena didaerah pesisir sungai kapuas tersebut sering kali terjadi banjir, kekeringan, dan erosi, terutama setelah pergantian musim yaitu dari musim kemarau panjang ke musim hujan. Hal ini juga dikarenakan pengelolaan sumberdaya alam untuk kepentingan ekonomi terkadang mengabaikan faktor lingkungan yang berdampak pada kerusakan DAS. Bentuk usaha perekonomian ini telah menyebabkan menurunnya kualitas tanah dan air, sehingga berdampak pada kekeringan dan banjir. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan upaya konservasi dengan penekanan pada pemulihan kualitas lingkungan (tanah dan air), namun tetap memperhatikan ekonomi masyarakat disekitarnya yaitu dapat dilakukan konservasi tanah dan air dengan menggunaakan metode vegetatif yaitu dengan penanaman kembali pohon di daerah-daerah pesisir sungai kapuas yang sudah rusak, hal ini dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah yang sudah rusak dan mencegah terjadinya erosi kembali. Zona terpenting yang perlu diperhatikan dalam upaya pelestarian Daerah Aliran sungai terlebih dahulu yaitu bagian hulu sungai. Pengelolaan sumberdaya alam di daerah ini akan berdampak pada kualitas tanah dan air sekitar DAS kapuas. Untuk itu berusaha tani di daerah DAS, harus diikuti konservasi lahan.
Dalam konservasi tanah dan air dengan menggunakan metode vegetatif ini, ada hal yang perlu di perhatikan yaitu usaha pokok dalam pengawetan tanah dan air yang  meliputi (Zulrasdi et, al. 2005):
1.      Pengelolaan lahan
    Sesuai kemampuan lahan
    Mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah
    Melindungi   lahan   dari   ancaman   erosi dengan menanam tanaman penutup tanah
    Penggunaan mulsa.

2.   Pengelolaan Air
Pengelolaan air adalah usaha-usaha pengembangan sumberdaya air dalam hal :
    Jumlah air yang memadai
    Kwalitas air
    Tersedia air sepanjang tahun

3.     Pengelolaan Vegetasi
Pengelolaan vegetasi pada hutan tangkapan air  maupun  pemeliharaan  vegetasi  sepanjang aliran sungai, dapat ditempuh  dengan cara:
     Penanaman dengan tanaman berakar serabut seperti:  bambu  yang  sangat  dianjurkan  di pinggiran sungai, kemudian diikuti dengan rumput  makanan  ternak  seperti:  Rumput gajah, Rumput Setaria, Rumput Raja, dan lain-lain     sebagainya.     Penanaman     ini dimaksudkan untuk  penghalang terjadinya erosi pada tanah.
    Penanaman tanaman semusim untuk lahan yang tidak memiliki kemiringan
    Pembuatan teras.  Bila pada lahan tersebut terdapat   kemiringan,   maka   perlu   dibuat teras.

4.     Usaha Tani Konservasi
Usaha  tani  konservasi  adalah  penanaman lahan  dengan  tanaman  pangan  serta  tanaman yang berfungsi untuk mengurangi erosi (aliran permukaan)  dan  mempertahankan  kesuburan tanah.
Prinsip usaha tani konservasi :
     Mengurangi   sekecil   mungkin   aliran   air permukaan dan meresapkan airnya sebesar mungkin ke dalam tanah.
    Memperkecil  pengaruh  negatif  air  hujan yang jatuh pada permukaan tanah
    Memanfaatkan  semaksimal  sumber  daya alam dengan memperhatikan kelestarian.


DAFTAR PUSTAKA

Kamis, 08 November 2012

Resonansi


LAPORAN PRAKTIKUM BIOFISIKA
“RESONANSI”

https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRGyUCA8keFjw2LgRSMK_tZpGei7zaBjYrltc7ZfkuKSsA2yPNl7A

Di Susun Oleh :
Yulius Trikurniawan ( 091434020 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012

A.  Judul  : Resonansi Bunyi

B.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kecepatan rambat bunyi di udara dengan panjang gelombang dan frekuensi.

C.  Waktu dan Tempat
Praktikum Resonansi Bunyi ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 September 2012 pada pukul 13.00 - 15.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D.  Alat dan Bahan
1.      Bejana berhubungan
2.      Tabung kaca resonansi berskala dengan  panjang 80-100 cm dan diameter 3-4 cm.
3.      Selang plastic
4.      Speaker
5.      Air secukupnya
6.      Amperemeter

E.  Teori Singkat
Resonansi Bunyi
Peristiwa resonansi merupakan peristiwa bergetarnya suatu sistem fisis dengan nilai frekuensi tertentu akibat dipengaruhi oleh sistem fisis lain (sumber) yang bergetar dengan frekuensi tertentu pula dimana nilai kedua frekuensi ini adalah sama. Peristiwa ini dapat kita amati dengan menggunakan kolom udara. Kolom udara dapat dibuat dengan menggunakan tabung yang sebagian diisi air, sehingga kita dapat mengatur panjang kolom udara dengan menaik-turunkan pemukaan air pada tabung. Sistem fisis sumber adalah audio generator yang dapat menghasilkan gelombang bunyi dengan nilai frekuensi bervariasi, sedangkan sistem fisis yang ikut bergetar adalah molekul-molekul udara yang berada dalam kolom. Peristiwa resonansi terjadi saat frekuensi sumber nilainya sama dengan frekuensi gelombang bunyi pada kolom udara yang dicirikan dengan terdengarnya bunyi yang paling keras (amplitudo maksimum).

                     Gambar 1.1

Bunyi
Bunyi adalah kompresi mekanik alat atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cairpadat dan gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam airbatu bara, atau udara. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz  (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel.
Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan dibawah 20 Hz disebut infrasonik.
Kecepatanbunyi
Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam. Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Di udara tipis dan dingin pada ketinggian lebih dari 11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam. Di air, kecepatannya 5.400 km/jam, jauh lebih cepat daripada di udara.
Rumus mencari cepat rambat bunyi adalah
V = λ . F
λ  =  panjang Gelombang bunyi
F =  frekuensi bunyi

F.   Prosedur 
1.        Rangkaian alat-alat eksperimen seperti pada gambar 1.1 di atas sudah disiapkan.
2.        Isi air secukupnya pada bejana penampung air hingga air mengalir ketabung kaca resonansi.
3.        Menyalakan audio generator dan mengatur panjang kolom udara dengan cara menaik-turunkan penampung air secara perlahan sampai tabung resonansi merespon getaran audio generator sehingga terdengar bunyi yang paling keras. Ukur ketinggian kolom udara dalam tabung kemudian hasilnya dicatat.
4.        Selanjutnya turunkan posisi permukaan air untuk mendapatkan bunyi paling keras kedua.
5.        Mengulangi langkah-langkah kerja pertama sebanyak 3 kali, kemudian setelah selesai, cek frekuensinya dengan menggunakan amperemeter.
6.        Selanjutnya melakukan percobaan lagi yang ke 2, dengan mengubah frekuensi terlebih dahulu, ( ukur frekuensi setelah diubah, baru melakukan percobaan lagi ).
7.        Mengulangi langkah-lanakah kerja  sebanyak  3 kali untuk nilai frekuensi sumber bunyi yang berbeda.
8.        Menulis data yang  diperoleh dalam tabel pengamatan.

G. Analisis Data (Tabel)
Dari hasil percobaan menggunakan speaker dengan frekuensi 0,542 kHz = 542 Hz dan frekuensi 0,572 kHz = 572 Hz, menghasilkan data seperti tabel berikut ini :

Tabel 1 frekuensi 0,542 kHz = 542 Hz
NO
L
1
24
2
30
3
32
4
31
5
Right Arrow: Paling keras 236
6
38
7
41
8
42
9
Right Arrow: Paling keras 143
10
44
11
52
12
Right Arrow: keras80
13
84
14
87
15
88
16
89

Tabel 2 frekuensi 0,572 kHz = 572 Hz
No
l
1
22,5
2
25
3
28
4
30
5
31
6
33
7
34
8
38
9
Right Arrow: Paling keras  39
10
41,5
11
42
12
48
13
49
14
50
15
53
16
55
17
56
18
57
19
61
20
Right Arrow: keras65
21
71,5
22
72
23
76
24
80
25
81
26
84
27
88

H.  Perhitungan
Perhitungan untuk tabel 1
    λ1  = 2 ( l- l0 )                                                    λ= 2 ( l- l1 )

        = 2 ( 44 – 36 )                                                      = 2 ( 84 – 40 )

        = 2 × 8                                                                  = 2 × 40

        = 16                                                                      = 80


        V = f . λ = 542 Hz  ×  16  cm                              V = f . λ = 542 Hz  ×  80  cm
                       = 8.672 cm/s                                                        = 43.360 cm/s


Perhitungan untuk tabel 2
    λ  =   2 ( l- l0 )

        =  2 ( 71,5 – 41,5 )

        = 2 × 30

        = 60 cm

    V = f . λ = 572 Hz  ×  60 cm

                  =  34.320 cm/s


       
I.     Pembahasan/Kesimpulan         
Pembahasan
     Pada percobaan pertama dengan menggunakan speaker pada frekuensi 542 Hz, di peroleh 3 titik bunyi yang paling keras, dimana bunyi paling keras pertama terdapat di titik 44, bunyi paling keras ke-2 pada titik 36 dan yang terakir pada titik 84, angaka-angka tersebut  ditunjukan pada tabung kaca resonansi.
Pada percobaan ke-2 dengan menggunakan speaker pada frekuensi 572 Hz, di peroleh 2 titik bunyi yang paling keras, dimana bunyi yang paling keras pertama terdapat pada titik 41,5 dan yang paling keras ke-2 pada titik 71,5,  angaka-angka tersebut  ditunjukan pada tabung kaca resonansi.
Pada titik tertentu pada tabung kaca resonansi akan terdengar suara yang sangat keras, sedang dan titik tertentu tidak terlalu  terdengar. Peristiwa resonansi terjadi saat frekuensi sumber nilainya sama dengan frekuensi gelombang bunyi pada kolom udara yang dicirikan dengan terdengarnya bunyi yang paling keras (amplitudo maksimum). Hal ini disebabkan oleh l yang berbeda menimbulkan potensi resonansi bunyi yang berbeda dan panjang gelombang mempengaruhi cepat rambat bunyi yang akan dihasilkan.






Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan perhitungan data diatas dapat disimpulkan bahwa semakin dekat permukaan air dalam tabung kaca resonansi dengan sumber suara, maka semakin keras bunyi yang dihasilkan, sedangkan semakin jauh permukaan air dalam tabung kaca resonansi dengan sumber suara maka semakin kecil juga bunyi yang dihasilkan. Kemudian semakin panjang jarak permukaan air dengan sumber suara maka semakin besar panjang gelombang yang dihasilkan, sedangkan semakin pendek jarak antara sumber bunyi dengan permukaan air dalam bejana maka kecepatan ( V ) yang dihasilkan akan semakin cepat juga.