LAPORAN
PRAKTIKUM BIOFISIKA
“RESONANSI”
Di
Susun Oleh :
Yulius
Trikurniawan ( 091434020 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
A. Judul : Resonansi Bunyi
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kecepatan rambat bunyi di
udara dengan panjang gelombang dan frekuensi.
C. Waktu dan Tempat
Praktikum Resonansi Bunyi ini dilaksanakan pada hari Rabu,
26 September 2012 pada pukul 13.00 - 15.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Alat dan
Bahan
1. Bejana
berhubungan
2. Tabung
kaca resonansi berskala dengan panjang
80-100 cm dan diameter 3-4 cm.
3. Selang
plastic
4. Speaker
5. Air
secukupnya
6. Amperemeter
E. Teori Singkat
Resonansi
Bunyi
Peristiwa
resonansi merupakan peristiwa bergetarnya suatu sistem fisis dengan nilai
frekuensi tertentu akibat dipengaruhi oleh sistem fisis lain (sumber) yang
bergetar dengan frekuensi tertentu pula dimana nilai kedua frekuensi ini adalah
sama. Peristiwa ini dapat kita amati dengan menggunakan kolom udara. Kolom
udara dapat dibuat dengan menggunakan tabung yang sebagian diisi air, sehingga
kita dapat mengatur panjang kolom udara dengan menaik-turunkan pemukaan air
pada tabung. Sistem fisis sumber adalah audio generator yang dapat menghasilkan
gelombang bunyi dengan nilai frekuensi bervariasi, sedangkan sistem fisis yang
ikut bergetar adalah molekul-molekul udara yang berada dalam kolom. Peristiwa
resonansi terjadi saat frekuensi sumber nilainya sama dengan frekuensi
gelombang bunyi pada kolom udara yang dicirikan dengan terdengarnya bunyi yang
paling keras (amplitudo maksimum).
Gambar 1.1
Bunyi
Bunyi adalah kompresi mekanik alat atau gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium. Medium atau
zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat dan gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat
misalnya di dalam air, batu bara, atau udara. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan
berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur
dalam Hertz
(Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel.
Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium
lain sampai ke gendang telinga manusia.
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira
dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva
responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan dibawah
20 Hz disebut infrasonik.
Kecepatanbunyi
Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam. Bunyi merambat lebih
lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Di udara tipis dan dingin pada
ketinggian lebih dari 11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam. Di air, kecepatannya
5.400 km/jam, jauh lebih cepat daripada di udara.
Rumus mencari cepat rambat bunyi adalah
V = λ . F
λ
= panjang Gelombang bunyi
F = frekuensi bunyi
F.
Prosedur
1.
Rangkaian alat-alat eksperimen seperti pada
gambar 1.1 di atas sudah disiapkan.
2.
Isi air secukupnya pada bejana penampung
air hingga air mengalir ketabung kaca resonansi.
3.
Menyalakan audio generator dan mengatur panjang
kolom udara dengan cara menaik-turunkan penampung air secara perlahan sampai tabung
resonansi merespon getaran audio generator sehingga terdengar bunyi yang paling
keras. Ukur ketinggian kolom udara dalam tabung kemudian hasilnya dicatat.
4.
Selanjutnya turunkan posisi permukaan
air untuk mendapatkan bunyi paling keras kedua.
5.
Mengulangi langkah-langkah kerja pertama
sebanyak 3 kali, kemudian setelah selesai, cek frekuensinya dengan menggunakan
amperemeter.
6.
Selanjutnya melakukan percobaan lagi
yang ke 2, dengan mengubah frekuensi terlebih dahulu, ( ukur frekuensi setelah
diubah, baru melakukan percobaan lagi ).
7.
Mengulangi langkah-lanakah kerja sebanyak
3 kali untuk nilai frekuensi sumber bunyi yang berbeda.
8.
Menulis data yang diperoleh dalam tabel pengamatan.
G. Analisis Data (Tabel)
Dari hasil percobaan menggunakan speaker dengan frekuensi
0,542 kHz = 542 Hz dan frekuensi 0,572 kHz = 572 Hz, menghasilkan data seperti
tabel berikut ini :
Tabel 1 frekuensi 0,542 kHz = 542 Hz
NO
|
L
|
1
|
24
|
2
|
30
|
3
|
32
|
4
|
31
|
5
|
36
|
6
|
38
|
7
|
41
|
8
|
42
|
9
|
43
|
10
|
44
|
11
|
52
|
12
|
80
|
13
|
84
|
14
|
87
|
15
|
88
|
16
|
89
|
Tabel 2 frekuensi 0,572 kHz = 572 Hz
No
|
l
|
1
|
22,5
|
2
|
25
|
3
|
28
|
4
|
30
|
5
|
31
|
6
|
33
|
7
|
34
|
8
|
38
|
9
|
39
|
10
|
41,5
|
11
|
42
|
12
|
48
|
13
|
49
|
14
|
50
|
15
|
53
|
16
|
55
|
17
|
56
|
18
|
57
|
19
|
61
|
20
|
65
|
21
|
71,5
|
22
|
72
|
23
|
76
|
24
|
80
|
25
|
81
|
26
|
84
|
27
|
88
|
H. Perhitungan
Perhitungan
untuk tabel 1
λ1 = 2 ( l1 - l0 )
λ2 = 2 ( l2 - l1 )
= 2 ( 44 – 36 )
= 2 ( 84 – 40 )
= 2 × 8
= 2 × 40
= 16 = 80
V
= f . λ = 542 Hz × 16 cm V = f . λ = 542
Hz ×
80 cm
= 8.672 cm/s = 43.360 cm/s
Perhitungan
untuk tabel 2
λ
= 2 ( l1 - l0 )
=
2 ( 71,5 – 41,5 )
= 2 × 30
= 60 cm
V = f . λ = 572 Hz × 60
cm
=
34.320 cm/s
I.
Pembahasan/Kesimpulan
Pembahasan
Pada percobaan pertama dengan menggunakan
speaker pada frekuensi 542 Hz, di peroleh 3 titik bunyi yang paling keras,
dimana bunyi paling keras pertama terdapat di titik 44, bunyi paling keras ke-2
pada titik 36 dan yang terakir pada titik 84, angaka-angka tersebut ditunjukan pada tabung kaca resonansi.
Pada
percobaan ke-2 dengan menggunakan speaker pada frekuensi 572 Hz, di peroleh 2
titik bunyi yang paling keras, dimana bunyi yang paling keras pertama terdapat
pada titik 41,5 dan yang paling keras ke-2 pada titik 71,5, angaka-angka tersebut ditunjukan pada tabung kaca resonansi.
Pada
titik tertentu pada tabung kaca resonansi akan terdengar suara yang sangat
keras, sedang dan titik tertentu tidak terlalu terdengar. Peristiwa resonansi terjadi saat frekuensi
sumber nilainya sama dengan frekuensi gelombang bunyi pada kolom udara yang
dicirikan dengan terdengarnya bunyi yang paling keras (amplitudo maksimum). Hal
ini disebabkan oleh l yang berbeda
menimbulkan potensi resonansi bunyi yang berbeda dan panjang gelombang mempengaruhi
cepat rambat bunyi yang akan dihasilkan.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan perhitungan data diatas dapat
disimpulkan bahwa semakin dekat permukaan air dalam tabung kaca resonansi
dengan sumber suara, maka semakin keras bunyi yang dihasilkan, sedangkan
semakin jauh permukaan air dalam tabung kaca resonansi dengan sumber suara maka
semakin kecil juga bunyi yang dihasilkan. Kemudian
semakin panjang jarak permukaan air dengan sumber suara maka semakin besar
panjang gelombang yang dihasilkan, sedangkan semakin pendek jarak antara sumber
bunyi dengan permukaan air dalam bejana maka kecepatan ( V ) yang dihasilkan
akan semakin cepat juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar